Minahus Saniyah: Bab 16 Tidak Melupakan Dzikir

Bab 16 Tidak Melupakan Dzikir

Seseorang yang meniti jalan menuju Allah SWT tidak boleh melupakan dzikir (ingat kepada Allah SWT). Ini sangat penting. Para ulama menyatakan bahwa :

"Siapa yang lupa kepada Allah SWT berarti telah menjadi kufur". "Siapa yang mudah melupakan Allah SWT dan hal itu tidak menyebabkannya merasa sakit, maka ia berarti pendusta kalau mengaku benar-benar meniti jalan Allah SWT. Ia sama sekali tidak menyusuri jalan thoriqoh".

Dzikir menyebabkan seseorang selalu terjaga dan dilindungi Allah SWT. Para ulama menyatakan bahwa orang-orang arif senantiasa berdzikir kepada Allah SWT. Bila melupakan-Nya walau hanya satu dua nafas, Allah SWT menyerahkan (nasib) mereka kepada setan sehingga setan menjadi temannya. Adapun orang-orang yang belum mencapai tingkatan tersebut, Allah SWT tidak sampai berbuat demikian. Semua menurut tingkatan dan derajat masing-masing. Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah SWT berfirman :

"Aku menurut hati hamba-Ku. Aku senantiasa bersamanya selama ia berdzikir (ingat) kepada-Ku. Bila ia menyebut-Ku dalam hatinya, maka Aku mengingatnya (dalam Dzat-Ku). Bila ia menyebut-Ku dalam masyarakatnya, Aku menyebut namanya dalam masyarakat yang lebih baik dari pada masyarakatnya".

Rosululloh SAW sendiri memerintahkan para shahabat untuk memperbanyak dzikir. Bahkan dalam sebuah riwayat Ibn Hibban dikatakan :

"Perbanyak dzikir sampai-sampai manusia menganggapmu gila".

Dzikir adalah sebuah bentuk ibadah yang sangat agung derajat dan pahalanya. Dalam riwayat Muslim, Nasa'i dan Al-Bazzar dikatakan :

"Maukah aku beritahu tentang suatu amal yang paling baik, paling suci di sisi Allah SWT, yang mampu meningkatkan derajat, lebih baik dari memberi sedekah emas dan perak, bahkan lebih baik dari pada bertempur dengan musuh?" "Baiklah ya Rosululloh SAW", jawab sahabat. "Dzikir kepada Allah SWT".
Tidak pernah ahli surga itu menyesal, kecuali tentang suatu waktu dimana saat itu mereka lewatkan begitu saja dengan tanpa berdzikir kepada Allah SWT.

Dzikir juga merupakan pembeda antara iman dan kufur, hakekat hidup dan kematian. Dalam riwayat At-Tobroni, Rosululloh SAW menyatakan, "Siapa yang tidak ingat Allah SWT (tidak berdzikir) berarti terlepas imannya". "Perumpamaan orang yang berdzikir kepada Tuhan dengan orang yang tidak, adalah seperti orang hidup dengan orang mati". Bahkan, dalam sebuah hadits qudsi Allah SWT menyatakan :

"Hai anak Adam. Bila kau mengingat Aku, itu berarti bersyukur kepada-Ku. Melupakan-Ku, berarti mengkufuri Aku".

Yang dimaksud dengan 'lupa' disini adalah sengaja tidak memperdulikan Allah SWT dan berbuat syirik. Atau membiarkan dirinya hanyut dalam perbuatan-perbuatan yang tidak diridloi Allah SWT. Ini adalah sesuatu yang sangat dicela dalam agama.

Diriwayatkan dari Imam Turmudzi, Rosululloh SAW bersabda :

"Bila kalian melewati taman surga maka merumputlah (di taman itu )". Para sahabat bertanya. "Apa taman surga tersebut?". "Kalangan tempat berdzikir", jawab Rosululloh SAW.

Pada kesempatan lain Rosululloh SAW juga bersabda :

"Siapa yang mengerjakan sholat Subuh secara jamaah lalu berdzikir kepada Allah SWT sampai terbit matahari kemudian melakukan sholat dua rakaat, maka ia diberi pahala seperti pahala orang yang melakukan haji dan umrah secara sempurna".

Dzikir kepada Allah SWT mempunyai kedudukan dan fungsi yang sangat besar. Rosululloh SAW menyamakan kedudukan orang-orang yang senantiasa berdzikir ini sebagaimana orang-orang yang tabah (menghadapi musuh) ketika pasukan lainnya melarikan diri.

Sebaliknya, terhadap mereka yang tidak mau berdzikir atau majlis-majlis yang di dalamnya tidak dilakukan dzikir, Rosululloh SAW menyatakan bahwa mereka (berbau) seperti bangkai khimar. Mereka akan merugi. Rosululloh SAW menyatakan bahwa dalam hati manusia terdapat dua buah bilik (satu ditempati malaikat, yang lain ditempati setan). Ketika seseorang berdzikir kepada Allah SWT, maka setan berlari keluar. Sebaliknya, ketika manusia lupa kepada Allah SWT, setan menguasai hati manusia dan menggangunya.

Sesungguhnya hadits-hadits yang menyebut tentang berdzikir ini amat banyak. Menurut Imam Izzuddin ibn Abdus Salam, hadits-hadits tersebut bisa disamakan dengan kata "perintah". Sebab perbuatan-perbuatan yang dipuji, atau setiap perbuatan yang dijanji akan diberi kebaikan dunia akhirat, maka itu berarti diperintahkan. Namun perlu disadari bahwa kata perintah tidak mesti menunjukkan makna "wajib". Bisa digolongkan wajib, bila ada dalil-dalil yang mendukung atau menujukkan kewajibannya secara jelas.

Karena itu seseorang harus terus berusaha berdzikir untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT (walau dalam keadaan pincang atau sakit). Jangan menunggu sampai sehat. Sebab menanti sampai sehat berarti pengangguran.

Sejalan dengan itu Ibnu Athoillah pengarang kitab "Al-Hikam" menyatakan bahwa seseorang hendaknya terus berdzikir. Jangan sampai tidak mau berdzikir dengan alasan belum bisa khusyuk. Sebab meninggalkan dzikir adalah lebih parah dari pada dzikir yang tidak khusyuk. Dari model dzikir yang tidak khusyuk tersebut, Insya'allah akan bisa naik menjadi dzikir yang disertai dengan kesadaran hati. Dari situ kemudian naik lagi menjadi dzikir yang benar-benar khusyuk kepada Allah SWT. Tahapan-tahapan ini tidak sulit bagi Allah SWT.

Abu Ali Ad-Daqqoq menyatakan, dzikir adalah sarana utama untuk mencapai Allah SWT. Seseorang tidak akan sampai kepada-Nya kecuali dengan mengistiqomahkan dzikir.

Mana yang utama "dzikir dengan pelan atau dzikir dengan suara keras?". Menurut Abu Al-Mawahib As-Syadili dzikir dengan suara keras adalah lebih baik para pemula, yang mana dorongan-dorongan nafsunya masih sangat kuat. Sedang dzikir dengan pelan adalah lebih utama bagi orang-orang khusus yang hatinya telah terpadu untuk menuju kepada Allah SWT.

Adapun bacaan dzikir untuk para pemula adalah kalimat "La ilaha illalloh". Sedang bagi mereka yang telah mencapai tingkatan makrifat adalah kalimat Jalalah (Allah SWT). Sebab orang-orang yang telah mencapai tingkat makrifat pada dasarnya tidak ada lagi yang mereka butuhkan kecuali (kalimat) Allah SWT.

Selanjutnya tentang manfaat atau faidah dzikir amat banyak. Antara lain : pertama, bahwa dzikir merupakan ketetapan dan syarat kewalian. Artinya barang siapa yang senantiasa berdzikir kepada Allah SWT, maka ia akan bisa mencapai derajat kekasih Tuhan dan itu menjadi salah satu ciri utamanya. Sebaliknya, barang siapa yang lupa atau berhenti dari berdzikir, berarti ia lepas dari derajat kewalian.

Kedua, dzikir merupakan kunci dari ibadah-ibadah yang lain. Dzikir merupakan jalan yang paling cepat untuk membuka rahasia-rahasia ibadah yang lain. Sayyid Ali Al-Mursifi menyatakan bahwa banyak guru thoriqoh yang merasa tidak mampu merawat (hati) muridnya sampai bersih. Mereka tidak menemukan obat yang lebih baik untuk itu, kecuali dengan cara terus-menerus melakukan dzikir. Maka dalam soal pembersihan hati ini, dzikir bisa diumpamakan sebagai alat gosok khusus yang dapat secara cepat membersihkan kerak tembaga. Sedang ibadah-ibadah lain bagai alat gosok biasa yang lama sekali bila digunakan untuk membersihkan kotoran tembaga.

Orang yang melakukan suluk (menempuh jalan menuju Allah SWT) melalui cara dzikir bisa juga diumpamakan burung yang terbang cepat ke Hadirat Ilahy. Sedang orang yang suluk melalui ibadah lain adalah bagai orang lumpuh yang sebentar merambat dan sebenatar berhenti. Perjalanan terlalu jauh dan ia hanya menghabiskan umurnya, sementara tujuan belum berhasil.

Tentang waktu melakukan dzikir, para ulama sepakat bahwa malam hari adalah waktu yang paling baik. Malam hari lebih dekat terbukanya hijab dibanding siang hari. Karena itu seseorang yang tidak melakukan dzikir pada malam hari, maka akan sulit (bahkan mustahil) baginya untuk bisa mencapai Tuhan.

Ketiga, bahwa dzikir merupakan syarat atau perantara untuk bisa masuk dalam hadirat Ilahy. Allah SWT adalah Dzat Yang Maha Suci. Dia tidak akan bisa didekati kecuali oleh orang-orang yang suci. Seseorang yang senantiasa melakukan dzikir, hatinya akan menjadi bening dan bersih, sehingga ia akan bisa mencapai Tuhan dengan baik dan cepat.

Keempat, dzikir akan membuka hijab dan menciptakan keihlasan hati yang sempurna. Kasyaf (terbuka hijab) ada dua macam : (hissi dan khayali). Kasyaf hissi adalah terbukanya pandangan karena penglihatan mata. Sedangkan kasyaf khayali adalah terbukanya tabir hati sehingga mampu mengetahui kondisi diluar alam inderawi (mahluk halus atau yang lain-lain).

Akan tetapi, siapa yang mempunyai kasyaf sehingga mampu melihat melihat gerak-gerik orang lain di rumah mereka, maka itu berarti kasyaf syatoni. Ia harus bertaubat dari kasyaf sesat tersebut.

Adapaun tentang keihlasan yang sempurna, para ulama menjelaskan sebagai berikut. Pertama kali yang timbul dalam hati manusia (kalau ia menyibukkan diri untuk berdzikir) adalah suatu keyakinan bahwa tidak ada yang dilakukan kecuali untuk Allah SWT (tidak ada yang menguasai kecuali Allah SWT; dan tidak ada yang benar-benar wujud dalam alam ini kecuali Allah SWT).

Apabila dalam hati seseorang telah tumbuh keyakinan tersebut, maka tidak akan ada lagi anggapan bahwa apa yang dilakukan adalah perbuatannya sendiri. Sebaliknya muncul kesadaran bahwa dirinya sebenarnya hanyalah "tempat" atau "alat" dari pelaksanaan (perbuatan) Tuhan dan tempat pelaksanaan taqdir-Nya. Sehingga tidak akan ada lagi tuntutan pahala dari ibadah yang dilakukan, tidak ada lagi kesombongan, tidak ada lagi sifat ujub dan tidak ada lagi riya. Akhirnya ia menjadi orang-orang yang benar-benar menghambakan diri (ikhlas) kepada Allah SWT.

Kelima, menurunkan rahmat. Rosululloh SAW bersabda :

"Orang-orang yang duduk untuk berdzikir, maka malaikat mengitari mereka. Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya dan Allah SWT juga menyebut (membanggakan) mereka kepada orang-orang (malaikat) disekitarnya".

Keenam, menghilangkan kesusahan hati. Kesusahan dan kesedihan itu sesungguhnya adalah akibat lupa kepada Allah SWT. Seseorang hendaknya tidak mencaci dan menyalahkan orang lain ketika bertubi-tubi mendapat celaka, tertimpa musibah dan kesusahan. Semua itu merupakan balasan atas perbuatannya yang memalingkan diri dari Allah SWT. Siapa yang menghendaki kebahagian dan ketenangan, hendaknya memperbanyak dzikir.

Ketujuh, melunakkan hati. Al-Hakim Abu Muhammad At-Turmudzi berkata :

"Dzikir kepada Allah SWT bisa membasahi hati dan melunakanya. Sebaliknya bila hati kosong dari dzikir, ia akan menjadi panas oleh dorongan nafsu dan api syahwat. Sehingga hatinya menjadi kering dan keras. Anggota badannya menjadi sulit (menolak) untuk diajak taat kepada Allah SWT".

Selain itu, dzikir juga bisa meredakan berbagai macam penyakit hati seperti sombong, riya, ujub, hasud, dendam, suka menipu, dan lain-lain.

Kedelapan, memutuskan ajakan setan. Ada perbedaan antara kehendak nafsu dengan kehendak setan. Kehendak setan biasanya mengajak kepada kemaksiatan dan kedurhakaan, sedang kehendak nafsu biasanya mengajak untuk menurutkan syahwat.

Para ulama juga membedakan antara kehendak nafsu dengan kehendak setan ini. Nafsu, biasanya selalu merajuk bila mengajak kepada sesuatu. Ia tidak akan berhenti walau sudah lama, sampai tujuannya tercapai (kecuali pada orang-orang yang benar-benar memerangi nafsunya). Sedangkan kehendak setan, ia akan mengalihkan pada kemaksiatan yang lain, bila ajakan yang pertama tidak berhasil, Setan akan terus mengajak kepada kemaksiatan demi kemaksiatan. Bagi setan itu semua kemaksiatan adalah sama. Yang penting, bagaimana seseorang bisa terjerumus didalamnya.

Kesembilan, dzikir bisa menolak bencana. Dzunnun al-Misri berkata :

"Siapa yang berdzikir, Allah SWT senantiasa menjaganya dari segala sesuatu".

Para ulama menyatakan, dzikir merupakan pedang bagi para pemula. Dengan dzikir ia memerangi musuh-musuhnya (jin dan manusia). Dengan dzikir pula, ia menolak segala macam bencana. Sesungguhnya bencana itu bila bertemu dengan orang-orang yang berdzikir, ia akan menyimpang.

Dzikir yang telah kokoh dalam hati, membuat setan menjadi pingsan bila mendekat (sebagaimana seseorang yang juga pingsan bila melihat setan). Teman-temannya mendekat dan bertanya, "Apa yang terjadi?". "Ia mendekati orang yang berdzikir".

Demikian dintara faidah-faidah dzikir. Karena itu hendaknya seseorang senantiasa membiasakan dzikir kepada Allah SWT. Dengan dzikir maka setan tidak akan bisa mengendalikan manusia.

Afdloluddin pernah menyatakan bagwa setan selalu berdiri didepan (bahkan dalam) hati manusia. Ia akan cepat-cepat naik dan mengendalikan manusia bila ia melupakan Tuhan SWT. Sebaliknya, setanpun segera turun dan keluar bila seseorang mengingat (berdzikir kepada) Tuhan SWT. Dan seadainya manusia dibukakan tabir rahasia ini, akan tampak jelas bagaimana setan menunggangi dan mengendalikan orang-orang di antara kita, sebagaimana kita menunggangi dan mengendalikan seekor kuda.

Manfaat dzikir sangat banyak (tidak terhitung). Salah satunya adalah bahwa ia tidak dibatasi waktunya. Setiap saat kita diperintahkan untuk berdzikir, walau belum bisa khusyuk. Jika dzikir telah merasap dalam sanubari, maka akan menyatulah antara kecintaan kepada Allah SWT dengan ruhnya sehingga pernah terjadi seseorang yang berdzikir kemudian tertimpa batu, darah yang menetes membentuk kalimat "Allah SWT".

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak