Jawahirul Kalamiyah Penutup : Pembahasan Tentang Beberapa Masalah Penting

Penutup
Pembahasan Tentang Beberapa Masalah Penting "Mengikuti Perkara Yang Telah Lampau Dikutip Dari Pendapat Ulama Salaf"

Soal : Apakah boleh membicarkan hakikat Dzat Allah SWT dengan menggunakan akal pikiran?

Jawab : Tidak dibolehkan membicarakan hakikat dzat Allah menggunakan akal pikiran, karena akal itu terbatas untuk memahami hakikat dzat Allah Subhaanahu Wata'ala Sang Pencipta. “Segala hal yang terlintas dalam hatimu maka Allah tidaklah seperti itu“.

Soal : Jika akal pikiran tidak mampu memahami hakikat Dzat Allah Ta'ala, maka bagaimana kita bisa sampai ke ma'rifat (mengenal Allah) yang telah diwajibkan atas tiap manusia?

Jawab : Sesungguhnya mengenal Allah itu bisa tercapai dengan mengetahui sifat sifat Allah berupa AlWujud (Ada), AlQidam (Dahulu), AlBaqa' (Kekal), Mukholafatu Lil Hawaadits (Tidak Serupa dengan apapun), Qiyaamuhu Binafsihi (Mandiri dan tidak membutuhkan apapun), AlWahdaniyyah (Maha Esa), Alhayah (Maha Hidup), Al 'Ilm (Maha Mengetahui), AlQudroh (Maha Kuasa), Al-Iraadah (Maha Berkehendak), As Sam-i' (Maha Mendengar), AlBashar (Maha Melihat) dan Alkalam (Maha Berfirman).

Soal : Dengan perantara apa kita dapat mengetahui keberadaan Allah Ta'ala sedangkan mata kita tidak bisa melihatNya?

Jawab : Kita dapat mengetahui keberadaan dan Kekekalan sifat Allah Ta'ala melalui jelasnya hasil kekuasaanNya dalam ciptaanNya yang berifat baru yang diciptakanNya dengan penuh ketelitian dan menakjubkan sehingga mencengangkan akal. Seperti langit dan segala hal yang di dalamnya berupa matahari, bulan dan bintang. Begitupun dengan bumi dan segala hal di dalamnya seperti segala macam sumber (air dan mineral), pepohonan dan makhluk hidup lain dimana manusia termasuk di dalamnya. Manusia diciptakanNya dalam sebaik baik bentuk, yang diberi segalam macam sifat kesempurnaan dan keutamaan. Diberi kesempurnaa dengan akal yang kuat. Maka sebagainya seseorang yang melihat bangunan ia mengetahui pasti ada yang menciptakan bangunan itu. Pun jika seseorang melihat sebuah tulisan pasti ia mengetahui bahwa ada yang menulisnya meski ia tidak melihat atau mengetahui khabar penulisnya. Begitupula dengan manusia yang mengamati alam raya ini, yang diciptakan dengan penuh ketelitian dan menakjubkan dan indah, maka ia dapat mengetahui bahwa ada Sang Pencipta yang bersifat Maha Awal, Maha Menetahui, Maha berkehendak, Maha Kuasa dan Maha Bijak.

Soal : Apakah dalam masalah ini terdapat contoh pada makhluk, yaitu adakah terdapat sesuatu yang jelas keberadaanya meski tidak nampak?

Jawab : Ada, contoh dalam masalah ini adalah ruh. Sesungguhnya kita semua meyakini keberadaan ruh meski kita tidak mampu menyaksikannya, kita hanya melihat pengaruh ruh tersebut tanpa melihatnya langsung lewat penglihatan dan kita tak mampu menjangkau hakikatnya dengan akal pikiran. Begitupun Allah Subhanahu Wata'ala. Sesunguhnya Dia meski tak nampak oleh mata penglihatan kita, dan kita tak mampu menjangkau hakikat DzatNya dengan akal pikiran kita, kita meyakini keberadaan Dzat Allah yang memiliki sifat sempurna, dengan cara melihat segala ciptaanNya yang rumit dan penuh keajaiban, sebagai orang yang menyaksikan keberadaan Nya lewat lisan perbuatan dan ucapan.

Soal : Apakah diperbolehkan memperbincangkan dengan panjang lebar hakikat ruh dan membahasnya?

Jawab : Hal itu tidak diperkenankan karena kemampuan akal itu terbatas dalam memahami hakikat ruh. Membahasnya dengan panjang lebar hanya akan membuang waktu dan hal itu adalah dalil terbesar akan keterbatasan akal manusia. Manusia bahkan tidak bisa memahami hakikat ruh padahal ruh adalah ciptaan Allah yang ada dalam dirinya sendiri, maka hendaklah menghentikan keinginan mengetahui hakikat Dzat PenciptaNya yang tidak menyerupai apapun.

Soal : Apakah mungkin melihat Allah Subhaanahu Wata'ala dengan mata kepala?

Jawab : Secara akal, melihat Allah dengan mata kepala adalah mungkin. Sedangkan menghuni syurga bagi orang yang beriman adalah benar menurut dalil Naqli. Sesungguhnya Allah Subhaanahu Wata'ala itu ada dan setiap hal yang ada mungkin untuk dilihat. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman :

“ Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri. Kepada Tuhannyalah mereka melihat “ (Al Qiyaamah 22-23).
Maka kelak mereka (orang beriman) akan menyaksikan Tuhan nya di hari kiamat dengan cara yang tidak diketahui manusia (Bila Kayf). Dan orang kafir dihalangi penglihatannya untuk melihat Allah, sebagai tambahan atas kesedihan dan penyesalan mereka.

Soal : Apakah penglihatan mata itu nyata?

Jawab : Benar, dan hal itu karena sebagian manusia, yang umum maupun khusus jika melihat sesuatu dalam keadaan baik dan menakjubkan maka yang dilihatnya dapat terkena bencana dan bahaya. Akan tetapi manusia yang seperti ini sangat sedikit, maka tidak layak bagi manusia menyibukkan pikirannya dengan hal itu dan menganggap sebagian besar hal yang terjadi kepadanya karena pengaruh penglihatan atau karena sihir sebagaimana yang banyak dilakukan oleh para wanita, karena hal itu kecerobohan dan kurang berhati hati.

Soal : Bagaimana mata bisa memberi kesan melihat (atsar) padahal ia adalah bagian tubuh manusia yang lembut dan tidak berhubungan langsung dengan hal yang dilihat serta tidak ada sesuatu yang keluar dari mata yang dapat menghubungkan mata dengan hal yang dilihat?

Jawab : Tidak ada yang dapat menghalangi adanya hal kecil yang dapat memberi kesan yang kuat, dan sebuah kesan tidak disyaratkan terjadi dengan adanya hubungan langsung. Sesungguhnya kita menyaksikan sebagian orang yang memiliki bentuk tubuh tertentu dan kekuatan, jika melihat seseorang dengan rasa marah maka bisa saja orang yang dilihatnya menjadi kaget dan gugup, dan mungkin seakan akan dia telah terkena sesuatu yang membuatnya celaka padahal sesungguhnya sama sekali tidak ada yang menguasainya yang dapat dirasakan oleh inderanya. Dan tidak ada hubungan serta persentuhan antara yang merasakan takut dan orang yang membuat kesan rasa takut tersebut. Besi magnet dapat menarik besi tanpa harus bersentuhan dan tanpa mengeluarkan sesuatu yang dapat membuatnya tertarik. Akan tetapi penyebabnya adalah hal yang lembut dan tidak nampak. Bahkan hal yang lembut dapat memberi kesan yang lebih kuat daripada hal yang nampak. Sesungguhnya hal-hal yang besar itu bermula dari keinginan dan niat, sedangkan keduanya adalah hal yang bersifat ma'nawi (perkara hati). Maka tidaklah dianggap aneh jika mata dapat memberi kesan (pengaruh) kepada hal yang dilihatnya padalal ia adalah sesuatu yang lembut dan tidak adanya hubungan langsung (bersambung) dengan yang dilihat serta tanpa harus mengeluarkan sesuatu dari mata tersebut agar dapat ,e,beri kesan (pengaruh).

Soal : Umat siapakah yang paling mulia setelah para Nabi 'Alaihimus Salam?

Jawab : Umat yang paling utama dari seluruh umat lain adalah ummat Nabi Muhammad Shallallaahu 'alaihi wasallam dan diantara mereka yang paling utama adalah para sahabat yang mulia. Para shahabat adalah orang orang yang berkumpul dengan Nabi kita Alaihis Salam dan beriman kepada beliau serta mengikuti cahaya kebenaran (Alquran) yang diturunkan kepada beliau. Dan diantara para sahabat yang paling mulia adalah khalifah yang empat (Syayidina Abu Bakr, Syayidina 'Umar, Syayidina 'Utsman dan Syayidina 'Ali.)

Soal : Apakah Isra' dan Mi'raj itu?

Jawab : Isra' adalah perjalanan malam Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam dari Masjid Al Haram di Makkah menuju ke Masjidil Aqsha di AlQuds (Palestina). Peristiwa tersebut benar adanya karena telah tercantum dalam Alquran yang mulia. Sedangkan yang dimaksud dengan Mi'raj adalah peristiwa naiknya Nabi Muhammad Shallallaahu Alaihi Wasallam malam tersebut dari Masjidil Aqsha ke langit, dan beliau berkumpul dengan para Malaikat yang mulia sebagai penghormatan dan pemulyaan para malaikat kepada beliau. Dan peristiwa itu telah diterangkan dalam hadist hadist shahih dan peristiwa ini mungkin terjadi yang telah diceritakan oleh manusia yang jujur (Rasulullah), maka wajib mengimaninya sesuai dengan dzahirnya. Hal itu tidaklah mengherankan – karena dialah Dzat yang dapat menerbangkan burung di angkasa, menjadikan bintang dapat melintasi jarak yang jauh dalam sekejap dengan gerakannya, sebuah jarak yang tidak mampu dilewati manusia dalam waktu jutaan tahun – apabila Dia berkenan mengangkat kekasih piliha nNya diantara manusia, untuk naik ke langit dalam waktu sekejap. Sedangkan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Mengetahui atas segala sesuatu.

Soal : Apakah doa dapat bermanfaat bagi yang didoakan, dan apakah pahala sedekah orang hidup bisa sampai kepada mayyit jika pahalanya dihadiahkan kepadanya?

Jawab : Sesungguhnya sedekah itu adalah perkara yang digemari dan doa serta merendahkan diri kepada Allah itu diharapkan. Keduanya bermanfaat di sisi Allah Ta'ala baik bagi orang hidup maupun yang telah mati.

Soal : Apakah kenikmatan dalam syurga itu bersifat rohani atau jasmani, apakah juga yang terjadi dalam neraka-dan apakah nikmat syurga serta siksa neraka itu kekal ataukah terbatas waktunya?

Jawab : Sesungguhnya syurga itu berisi dua macam nikmat, yakni rohani dan jasmani. Nikmat rohani berupa kenikmatan yang dirasakan oleh ruh seperti bertasbih, beribadah, melihat Allah Subhaanahu Wata'ala dan mengetahui bahwa Dia telah Ridla terhadap ahli syurga. Sedangkan kenikmatan jasmani berupa kenikmatan yang dirasakan oleh jasmani seperti makan, minum dan menikah. Begitu juga dengan siksa neraka yang terdiri dari dua macam, yakni siksa ruhani dan siksa jasmani pula. Kenikmatan di syurga maupun siksa dalam neraka keduanya kekal abadi selamanya dan tidak akan berhenti, dan penduduk keduanya abadi di dalamnya, syurga dan neraka saat ini sudah ada (diciptakan oleh Allah).

Soal : Apakah mungkin seorang wali dapat mencapai derajat Nabi dan apakah wali dan apakah wali dapat sampai pada suatu keadaan dimana kewajiban agama telah gugur baginya?

Jawab : Tidak mungkin seorang wali dapat mencapai derajat seperti salah satu Nabi Alahim Salam sama sekali. Dan tidak mungkin seseorang – selama ia berakal sehat dan telah baligh (dewasa) -dapat mencapai keadaan dimana perintah dan larangan agama dapat gugur atas dirinya serta dia diperbolehkan berbuat sesuka hatinya. Barangsiapa menyangka hal itu dapat terjadi pada wali, maka sungguh ia telah kafir. Begitupula telah dihukumi kafir orang yang menyangka bahwasanya syariat agama ini di dalamnya (bathin) menyalahi dengan apa yang nampak (dzahir) itulah yang dinamakan hakikat (kesejatian), sehingga mereka mentakwil ayat yang qoth'iy (telah jelas maknanya) dan menggunakannya tidak sesuai dengan makna dzahirnya, sebagaimana orang yang menganggap malaikat sebagai kekuatan akal dan syaithan sebagai kekuatan was was.

Soal : Apakah yang dimaksud dengan Mujtahid, dan siapakah Mujtahid yang boleh diikuti pendapatnya?

Jawab : Mujtahid adalah seseorang yang sangat memahami kaidah-kaidah syariat dan dalil-dalilnya dan biasa memikirkan dengan mendalam keduanya sehingga menghasilkan pemahaman yang kuat tentang apa yang dimaksud oleh pembuat syariat (Allah). Adapun Ulama Mujtahid itu ada banyak sekali. Dan Mujtahid yang pendapatnya layak untuk diikuti serta boleh diambil kesimpulan pendapat nya ada empat. Mereka adalah : Abu Hanifah Nu'man Bin Tsabit (Imam Hanafi), Malik Bin Anas (Imam Malik), Muhammad Bin Idris As Syaafi;i (Imam Syafi'i) serta Ahmad Bin Hanbal (Imam Hanbali) Semoga Allah meridloi mereka semua. Sesungguhnya alasan para Ulama memilih untuk mengikuti mereka bukan selain keempatnya -meski telah mencapai derajat mujtahid adalah karena banyaknya kesimpulan hukum yang telah mereka ambil dalam masalah-masalah agama karena mereka telah mencurahkan tenaganya untuk memikirkan masalah-masalah tersebut, sehingga jarang ada permasalahan yang tidak disebutkan hukumnya. Selain itu juga karena pendapat madzhab mereka telah sampai kepada kita secara sambung menyambung (mutawattir), maka hendaknya kita mengikuti pendapat salah satu dari empat mujtahid tersebut, kecuali untuk kondisi darurat, jika tidak demikian maka kita bisa jatuh dalam talfiq (mencampur adukkan hukum dari beberapa madzhab dalam satu masalah), dan akhirnya hal itu tidak sesuai dengan satupun pendapat empat Ulama di atas.

Soal : Mengapa para Ulama Mujtahid berbeda pendapat dalam beberapa masalah?

Jawab : Sesungguhnya para Ulama Mujtahid di atas tidak berbeda pendapat dalam masalah ushuluddiin (masalah pokok-pokok agama / keyakinan) dan tidak pula dalam pokok cabang-cabang (furu') masalah agama sama sekali karena ketetapan dalil atas masalah-masalah tersebut telah jelas. Mereka hanya berbeda dalam sebagian masalah furu' (cabang) karena tiadanya nash (dalil) yang jelas dan pasti tentang masalah itu, karena sesungguhnya masalah juziyyah tidak mudah bersepakat atasnya dan perbedaan di dalamnya adalah sebuah kemudahan. Maka masing-masing Ulama Mujtahid mencurahkan seluruh kemampuannya yang luas untuk mengeluarkan hukum atas masalah tersebut sesuai dengan Kitab dan Sunnah sesuai apa yang nampak. Barangsiapa benar atas kesimpulan hukumnya, maka dia mendapat dua pahala, dan barangsiapa salah kesimpulan hukumnya maka dia mendapat satu pahala karena usaha kerasnya mencari kebenaran sesuai usahanya. Perbedaan diantara para Ulama mujtahid adalah rahmat bagi ummat, karena perbedaan itu hanya dalam masalah cabang (far'iyyah), sedangkan perbedaan dalam hal itu menjadi kemudahan bagi manusia serta hilangnya kesulitan dan bahaya atas mereka. Apabila mereka sedang dalam kondisi terpaksa (sulit) maka mereka boleh melakukan mana yang lebih mudah dan jika dalam keadaan lapang maka dia bisa melakukan yang lebih hati-hati atau lebih layak dan jelas.

Soal : Apakah syarat (pertanda) kiamat itu?

Jawab : Syarat terjadinya kiamat (tanda-tanda yang menunjukkan telah sangat dekatnya saat kiamat) ada beberapa hal, diantaranya : Bangkitnya Dajjal yaitu sesorang yang buta matanya dan keluar dalam keadaan beragama yang buruk serta jauh dari ilmu. Dia mengaku memiliki sifat ketuhanan dan mampu menampakkan beberapa keajaiban dan dia hanya orang yang lemah iman dan keyakinannya saja. Termasuk pertanda kiamat yaitu keluarnya hewan melata dari bumi yang mampu mengetahui manusia melalui wajah mereka. Maka barangsiapa beriman maka hewan itu akan menjadikan suatu pertanda baginya yang membuat orang tersebut dikenali sebagai mukmin. Dan barangsiapa kafir, maka hewan itu pun akan membuat pertanda baginya sehingga orang itu dikenali sebagai kafir dan hewan itu bisa berbicara kepada manusia tentang keadaan manusia itu. Pertanda kiamat lain adalah terbitnya matahari dari barat sehari dari beberapa hari. Saat itu akan ditutup pintu taubat dan tidak akan diterima taubat satupun manusia. Termasuk pertanda kiamat yaitu keluarnya Ya'juj dan Ma'juj, mereka adalah segolongan manusia yang paling banyak berbuat kerusakan di muka bumi di masa lalu. Saat Iskandar Dzulqornain sampai di daerah jajahan mereka, maka para tetangga Ya'juj dan Ma'juj melaporkan kepadanya dan Dzulqornain pun bersedih karena perbuatan mereka. Dan wilayah yang memisahkan Ya'juj dan Ma'juj dengan penduduk tersebut adalah sebuah celah sempit diantara dua gunung. Maka kemudian Dzulqornain membangun penghalang yang sangat tinggi dari besi dan menyimnya dengan timah cair sehingga jadilah benteng penahan tersebut bangunan yang kokoh dan licin yang tidak mudah dilobangi ataupun dilompati. Apabila telah dekat masa keluar mereka, maka terbukalah benteng itu karena beberapa sebab sehingga mereka akan menyebar di muka bumi dan memperbanyak berbuat kerusakan di seluruh wilayah bumi. Maka penuduk tersebut memohon kepada Tuhan mereka (Allah) untuk menghilangkan perbuatan buruk dan rusak Ya'juj Ma'juj, maka Allah menghancurkan dan mengganti mereka dengan cara menghapus sisa-sisa mereka. Termasuk juga diantara tanda akan terjadinya kiamat yaitu turunnya Nabi 'Isa Alaihis Salam saat fitnah menimpa kaum muslimin dan berbagai macam cobaan menimpa mereka. Maka beliau datang memperbaiki keadaan ummat ini dan menghilangkan segala kesedihan, membunuh dajjal dan membersihkan manusia dari hawa nafsu dan kesulitan.

Soal : Siapakah orang yang beruntung itu?

Jawab : Orang mukmin yang shalih yang mengerjakan hal-hal yang benar dan memenuhi perintah penciptaNya, mematuhi syariat baik yang nampak atau tidak dan berlawanan dengan dunia yang selalu berubah (dia tetap istiqomah) dialah orang yang beruntung dan orang yang baik serta mendapat tambahan kebaikan. Kita memohon kepada Allah agar menunjukkan kita agar menjadi orang yang beruntung tersebut. Dan semoga Dia menjadikan kita termasuk orang yang menempuh jalan yang terbaik. Dan segala puji bagi Allah yang dengan nikmatnya maka menjadi sempurnalah kebaikan dan semoga sebaik baik kemulyaan tercurah kepada Nabi yang paling mulya , Nabi Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.

Wallaahu A'lam Bishowaab

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama

Formulir Kontak