Pembahasan Keempat Iman Kepada Para Utusan Allah SWT
Soal : Bagaimana keyakinan kita kepada para utusan Allah?
Jawab : Hendaknya kita meyakini bahwasanya Allah memiliki para utusan yang diutusNya sebagai wujud rasa sayang dan keutamaanNya. Tujuaannya agar para utusan tersebut memberi kabar gembira akan datangnya pahala bagi orang yang berbuat baik dan sebagai pemberi peringatan akan datangnya siksa kepada orang yang berbuat dosa. Selain itu juga agar para utusan tersebut memberi penjelasan atas permasalahan agama dan dunia serta memberi sesuatu yang bermanfaat bagi manusia agar memperoleh derajat yang mulia. Para utusan tersebut diberi penguat berupa tanda yang jelas maupun mukjizat yang luar biasa. Utusan yang pertama adalah Nabi Adam Alihis Salam dan yang terkahir adalah Nabi kita, Muhammad 'Alaihi Shalaatu Wasallam.
Soal : Apakah yang dimaksud dengan Nabi?
Jawab : Yang dimaksud dengan Nabi yaitu manusia yang diberikan wahyu (pengetahuan) berupa aturan Syara' meski tidak diperintahkan untuk menyampaikan. Jika Nabi tersebut diperintah Allah untuk menyampaikan wahyu, maka mereka juga dinamakan dengan Rasul. Maka setiap Rasul pasti seorang Nabi, namun setiap Nabi belum tentu Rasul.
Soal : Berapakah jumlah para Nabi?
Jawab : Jumlah para Nabi tidak diketahui secara pasti. Nama para Nabi yang disebutkan dalam Alquran ada 25 orang, mereka adalah : Adam, Idris, Nuh, Hud, Sholeh, Ibrahim, Luth, Ismail, Ishaq, Ya'qub, Yusuf, Ayyub, Syu'aib, Musa, Harun, Dzulkifli, Dawud, Sulaiman, Ilyas, Yasa', Yunus, Zakariyya, Yahya, 'Isa dan Muhammad 'Alaihimus Shalaatu Wassalam. Dan mereka semua adalah juga seorang Rasul.
Soal : Apa yang dimaksud dengan Mu'jizat?
Jawab : Mu'jizat adalah sesuatu yang tidak biasa terjadi yang muncul dari seorang penyampai risalah kenabian yang sesuai dengan dakwahnya, dengan tujuan untuk menantang orang yang ingkar untuk melakukan yang serupa dengan mu'jizat tersebut.
Soal : Apa hikmah dibalik dinampakkannya Mu'jizat dari para Nabi?
Jawab : Hikmahnya adalah sebagai pertanda akan kebenaran dakwah mereka. Karena setiap ajakan (dakwah) yang tidak disertai dalil maka tidak akan didengar. Selain itu, mu'jizat juga berfungsi sebagai pembeda antara para nabi dengan orang yang berpura pura menyampaikan risalah kenabian. Hal itu cocok dengan hadist Qudsi Allah : “ HambaKu benar atas apa yang disampaikannya”
Soal : Bagaimana bentuk penjelasan yang menunjukkan bahwa mu'jizat sebagai pembenar para Nabi serta kecocokannya dengan hadist qudsi di atas?
Jawab : Penjelasan yang menunjukkan bahwa mu'jizat sebagai pembenar para Nabi bisa dimengerti dengan contoh – dan bagi Allah sebaik baik contoh - berikut : Seandainya ada seseorang yang berdiri dalam di balai pertemuan yang besar, di depan seorang raja besar yang bijak : “ Wahai sekalian manusia, saya adalah utusan dan kepercayan Raja yang mulai ini bagi kalian. Dia mengutusku untuk menyampaikan sesuatu kepada kalian. Raja ini mengetahui apa yang kukatakan, dia mendengar apa yang kuucapkan dan dia juga melihatku. Tanda bahwa saya tidak berbohong adalah saya akan meminta raja untuk berbuat sesuatu yang tidak biasa dilakukan (biasanya memerintah maka kali ini akan diperintah), maka dia (raja) akan menuruti apa yang saya minta. Kemudian orang tersebut berkata kepada raja “wahai raja, jika Engkau membenarkan apa yang saya sampaikan, mohon anda berbuat sesuatu diluar kebiasaan anda (dari memerintah menjadi diperintah). Tolong anda berdiri 3 kali berturut turut “!. Kemudian raja yang bijak tersebut melakukan apa yang diperintahakan orang tersebut. Maka jamaah yang hadir akan tahu seketika bahwa orang tersebut benar dengan apa yang telah disampaiakannya. Maka perubahan kebiasaan Raja tersebut cocok dengan ucapannya bahwa dia benar-benar telah memerintahkan orang tersebut dan tidak ada lagi manusia yang ragu bahwa dia benar-benar utusan raja. Para Nabi 'Alahim Salam telah menyampaikan risalah Allah yang diturunkan kepada mereka kepada manusia, dan Dia (Allah) Maha Mengetahui, Maha Mendengar dan Maha Melihat atas dakwah para Nabi tersebut. Apabila mereka memohon kepada Allah untuk menampakkan mu'jizat luar biasa dan diluar kebiasaan manusia yang tidak bisa ditiru oleh manusia biasa, maka Allah akan mengabulkannya dan memberi para Nabi tersebut kemampuan untuk menampakkan mu'jizat tersebut. Maka hal itu menjadi pembenar dari Allah atas apa yang diperbuat bagi para Nabi (dakwah mereka). Mu'jizat itu sama seperti pembenaran dengan ucapan bahkan lebih dari itu mu'jizat menjadi sesuatu yang wajib sebagai bukti akan kebenaran para Nabi dalam menyampaikan risalah. Karena pembenaran dari Allah yang Maha bijak dan Maha Mengetahui serta Maha Kuasa atas para pendusta, adalah suatu hal yang jelas bisa terjadi. Apalagi, mu'jizat adalah sebagai salah satu bukti kebenaran para Nabi disamping bukti lain akan kenabian mereka, yakni sifat dan perbuatan para Nabi tersebut yang benar benar baik serta sangat sempurna.
Soal : Apakah perbedaan antara Mu'jizat dengan Sihir?
Jawab : Sihir adalah hal luar biasa di luar akal yang mungkin untuk ditandingi. Karena sihir terjadi karena sebab2 tertentu yang barangsiapa mengetahui rahasianya dan bisa mendatangkan sebab tersebut maka dia bisa melakukan sihir tersebut. Sebenarnya, sihir itu bukanlah sesuatu yang luar biasa, karena menjadi luar biasa karena orang yang melihatnya tidak mengetahui rahasia penyebab terjadinya sihir. Adapun mu'jizat adalah benar-benar hal luar biasa diluar kebiasaan yang tidak mungkin ditandingi. Maka tidaklah mungkin para tukang sihir dapat melakukan apa yang dilakukan para Nabi, baik membuat orang mati menjadi hidup, ataupun merubah tongkat menjadi ular. Oleh karena itu, para tukang sihir Fir'aun beriman kepada Nabi Musa saat mereka melihat tongkat beliau menjadi ular yang nyata, dan mereka pun melempar tongkat serta tali tamparnya karena mengetahui bahwa apa yang terjadi pada tongkat Nabi Musa bukanlah sebuah sihir. Sihir itu bersumber dari jiwa yang penuh nafsu amarah keburukan dan menghasilkan kerusakan. Sedangkan mu'jizat berasal dari jiwa yang suci dan mengahasilkan kebaikan dan petunjuk.
Soal : Apakah perbedaan antara Mu'jizat dengan Karomah?
Jawab : Karomah adalah kejadian luar biasa yang keluar dari seorang wali (kekasih Allah) dan karamah tidak berhubungan dengan dakwah kenabian. Adapun mu'jizat berhubungan dengan dakwah kenabian. Wali adalah seseorang yang mengetahui secara mendalam akan Allah dan sifat-sifat Nya. Mereka adalah orang-orang yang taat dan menjauhi dosa serta keburukan. Mereka menjaga diri dari kesenangan dan syahwat. Penampakan karomah pada diri mereka adalah sebagai bentuk kemulyaan dari Tuhan serta tanda kedekatan dan terkabulnya doa mereka. Karomah adalah juga -seperti Mu'jizat para Nabi -diturunkan bagi kaumnya, karena tidak mungkin seseorang menjadi wali kecuali karena mereka mengakui risalah para Rasul Allah dan mengikuti jalan mereka sepenuh hati. Andaikata ada seseorang yang mengaku wali namun tidak mengikuti para jalan Rasul dan bebas membuat jalannya sendiri maka tidak mungkin muncul karomah pada dirinya serta ia bukan wali Allah, bahkan dia adalah musuh Allah dan Wali syaithan. Sebagaimana telah disiratkan oleh Firman Allah yang berbicara kepada Nabi Alaihis Salam mengenai klaim sebuah kaum yang mengaku mencintai Allah. Firman tersebut adalah :
" Katakanlah (Wahai Nabi), jika kalian mengaku mencintai Allah maka ikutilah jalanku (Nabi), maka Allah akan mencintai kalian dan Dia akan mengampuni dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun serta Maha Pengasih. Katakanlah (Wahai Nabi), "Taatlah kalian kepada Allah dan Rasul. Jika kalian berpaling maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang Kafir" (Surah Ali 'Imron 32).
Soal : Sifat apakah yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam?
Jawab : Sifat yang wajib ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ada empat, yaitu Sidq (Jujur), amanah (dapat dipercaya), Tabligh (Menyampaikan Risalah) dan Fathanah (Cerdas). Makna Sidq bagi mereka adalah bahwasanya berita yang dibawa para Nabi tersebut cocok dengan kenyataan dan sesuai dengan perintah, tidak mungkin ada kebohongan sedikitpun pada diri mereka. Makna Amanah bagi mereka adalah bahwasanya baik lahir maupun bathin mereka terjaga dari hal-hal yang tidak diridlai oleh Tuhan yang telah memilih mereka dari seluruh manusia. Makna Tabligh bagi mereka adalah bahwasanya mereka menerangkan kepada manusia segala hal yang telah diperintahkan oleh Allah untuk disampaikan dengan penjelasan yang paling baik dan mereka tidak menyembunyikannya sedikitpun. Seangkan makna fathonah bagi mereka adalah bahwasanya para Nabi tersebut adalah manusia paling sempurna daya ingat dan pemahamannya.
Soal : Sifat apakah yang mustahil ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam?
Jawab : Sifat yang mustahil ada pada diri para Nabi Alaihimus Salam ada empat, yaitu Kadzib (Pembohong), 'Isyaan (Durhaka), Kitman (Menyembunyikan ajaran) dan Ghoflah (Pelupa). Begitupun mustahil ada pada diri para Nabi setiap sifat cacat (kekurangan) yang ada pada manusia meskipun itu tidak berdosa seperti memiliki pekerjaan atau nasab yang jelek atau sesuatu yang menjadi kekurangan menyangkut hikmah atas diutusnya mereka, seperti bisu dan tuli.
Soal : Jika memang sifat durhaka tidak terdapat pada diri para Nabi, maka bagaimanakah dengan peristiwa Nabi Adam yang memakan buah khuldi yang dilarang untuk dimakan?
Jawab : Sesungguhnya peristiwa itu terjadi karena Nabi Adam dalam keadaan lupa. Allah Subhaanahu Wata'ala berfirman dalam Surat Thaaha 115 :
“ Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat “.Dan orang yang lupa tidaklah terhitung durhaka dan tidak dimintai pertanggung jawaban. Adapun penisbatan dosa bagi Adam dalam firman Allah subhaanahu wata'ala dalam surat Thaaha 121:
“ Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.”Maka Allah memilih Adam dan Adampun bertaubat kepadaNya sehingga Allah memberinya petunjuk (hidayah). Karena sumber kesalahan kepada Allah adalah karena lupa yang timbul dari kesadaran penuh Adam. Sementara kesalahan yang diperbuat semata mata karena lupa tidaklah terhitung sebagai dosa bagi pelakunya. Namun hal itu (melakukan kesalahan karena lupa) terhitung sebagai maksiyat bagi Nabi Adam untuk menunjukkan kemulyaan kedudukan beliau dan ketinggian derajatnya. Meski kesalahan itu kecil namun dianggap sebagai kesalahan besar. Adapun keputusan Allah Subhaanahu Wata'ala kepada Adam karena kesalahannya – yaitu menurunkannya ke dunia ini , pengakuan Adam akan kesalahannya dan terus menerusnya Adam beristighfar – maka hal itu semata mata untuk menambah ketinggian derajat Adam. Karena hal itu membuat pahala dan kebaikannya bertambah. Semua itu juga dianalogikan bagi setiap kesalahan dan dosa yang diperbuat oleh para Nabi. Karena kesalahan itu dirangkaikan dengan ketinggian kedudukan mereka, dan kesalahan mereka semata mata terjadi karena berhubungan dengan kesempurnaan ketaatan mereka kepada Allah. Kesalahan dan dosa itu tidak terjadi sebagaimana yang terjadi pada manusia selain mereka karena perbuatan itu terjadi disebabkan taawwul atau karena lupa dan tanpa sengaja. Adapun kesadaran dan permohonan ampuna mereka atas kesalahan tersebut, hal itu adalah sebagai sarana menambah ma'rifat (pengetahuan) mereka akan Tuhannya, ketinggian wara' (kehati hatian) serta taqwa mereka. Juga semua itu berfungsi sebagai penambah pahala dan kedekatan mereka, serta mempertinggi derajat dan pangkat mereka di sisi Allah.
Soal : Hal apa sajakah yang jaiz (boleh) ada pada diri para Nabi 'Alaihimus Salam?
Jawab : Dibolehkan ada pada diri para Nabi segala macam sifat kemanusiaan yang tidak mengurangi derajat kemulyaan mereka, seperti makan dan minum, lapar dan haus, menghindar dari panas dan dingin, capek dan istirahat, sakit dan sehat, begitupun berdagang dan bekerja dengan pekerjaan tertentu yang tidak nista, karena mereka adalah manusia yang boleh melakukan apa yang dilakukan manusia selain hal-hal yang dapat mengurangi derajat kemulyaan mereka.
Soal : Apakah hikmah di balik penyakit dan rasa sakit yang dialami oleh para Nabi Alaihimus Salam?
Jawab : Hikmah di balik itu semua – meski adalah manusia terbaik dan bebas dari dosa, adalah agar dilipatkan pahala serta semakin memperjelas ketaatan, komitmen dan kesabaran mereka kepada Allah Subhaanahu Wata'ala. Juga semua itu disebabkan agar umat manusia berpedoman (mencontoh) mereka ketika mereka ditimpa bala' dan berputus asa. Dan juga agar umat manusia mengetahui bahwa dunia adalah tempat bencana dan cobaan, bukan tempat yang penuh kemulyaan dan kebaikan semata. Hikmah lain adalah agar para Nabi tersebut mensifati diri mereka dengan sifat ketuhanan karena telah melihat keluarnya mu'jizat yang jelas dari dirinya, dan menyadari bahwa semua itu terjadi karena izin dan ciptaan Allah Ta'ala semata. Bukan yang selainNya. Hikmah berikutnya adalah bahwasanya meskipun mereka berkemampuan dan kehebatan yang tinggi, mereka tetaplah seorang hamba Tuhan yang lemah yang tidak bisa mendatangkan manfaat dan menolak bahaya.
Soal : Ringkasan apakah yang harus kita yakini sehubungan dengan keadaan para Nabi 'Alahimus Sholaatu Wasallam?
Jawab : Kita wajib meyakini bahwasanya para Nabi 'Alahimus Sholaatu Wasallam memiliki segala sifat elok. Mereka bersih baik lahir maupun bathin, ucapan dan perbuatannya bebas dari hal-hal yang jelek. Para Nabi juga dapat bersifat layaknya manusia biasa yang tidak mengurangi ketinggian derajat dan martabatnya. Dan hendaknya meyakini bahwa Allah Ta'ala telah memilih mereka diantara penghuni seluruh alam, mengutus mereka bagi alam ini agar seluruh alam mengerti terhadap perintah dan hukum Allah. Kita juga meyakini para Nabi tersebut tidak pernah melanggar ketentuan pokok agama karena pokok agama bergantung pada satu keyakinan yang tidak bercabang dan serta tidak akan berubah. Andaikata para nabi menyelisihi sebagian perkara syari'at maka itu adalah perkara cabang bukan pokok syariat. Karena perilaku para Nabi yang menyelisihi sebagian perkara cabang tersebut mendatangkan hikmah di baliknya dan bahwasanya perkara cabang tersebut selalu berubah karena berbedanya umat, masa, tempat, keadaan dan adat kebiasaan.
Soal : Ada berapa sifat jaiz yang ada pada diri Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam yang membedakan Beliau dengan para Nabi lain?
Jawab : Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam memiliki tiga sifat Jaiz yang membedakan Beliau dengan para Nabi lain. Pertama, beliau adalah Nabi yang paling utama. Kedua, Beliau diutus bagi seluruh umat manusia. Ketiga, Beliau adalah penutup sekalian Nabi dan tidak ada lagi Nabi setelah beliau.
Soal : Mengapa Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam adalah sebagai Penutup para Nabi?
Jawab : Karena hikmah dibalik diutusnya para Nabi adalah untuk mengajak makhluk Allah (manusia) untuk menyembah Al Haq (Allah) dan menunjukkan mereka jalan yang benar baik dalam urusan dunia manupun akhirat. Mengajarkan manusia tentang perkara yang tidak nampak oleh penglihatan mereka (ghaib), serta hal-hal yang tidak terjangkau oleh akal fikiran mereka (syurga, neraka dan lain-lain) serta menetapkan dalil-dalil yang benar dan menghilangkan ketidakjelasan yang batil. Dan sungguh syariat Beliau telah sempurna karena menjelaskan semua hal di atas dengan bentuk yang tidak mungkin disamai oleh ajaran yang lebih sempurna. Ajaran beliau juga cocok bagi seluruh ummat, di setiap masa, tempat dan keadaan. Maka tidak ada lagi kebutuhan makhluk terhadap Nabi setelah Beliau Shallallaahu Alihi Wasallam. Karena kesempurnaan telah sampai pada batasnya. Dari pemaparan tersebut menjadi jelaslah rahasia di balik diutusnya beliau bagi seluruh makhluk, karena beliau adalah makhluk paling sempurna baik fisik maupun akhlaknya.
Soal : Kenapa dikatakan bahwasanya Nabi kita adalah penutup para Nabi, padahal Nabi 'Isa 'Alihis Salam kelak akan turun di akhir zaman?
Jawab : Sesungguhnya Nabi 'Isa 'Alaihis Salam akan turun di akhir zaman dengan membawa ajaran Nabi kita Muhammad Shallallaahu Alihi Wasallam, bukan membawa ajaran beliau sendiri. Karena ajaran beliau telah dihapus karena lamanya waktu dimana mengamalkan ajaran beliau cocok dengan hikmah yang telah disebutkan di atas. Maka beliau menjadi khalifah (pengganti) Nabi Muhammad, menjadi wakil Beliau dalam menyampaikan risalahnya kepada Ummat ini. Dan keyakinan itu termasuk akidah Nabi kita Muhammad Shallallaahu 'Alaihi Wasallam.
Soal : Apa saja kah mu'jizat Nabi kita Muhammad 'Alaihis Salam?
Jawab : Sesungguhnya mu'jizat Nabi kita Muhammad 'Alaihis Salam itu banyak sekali, diantaranya adalah Alquranul Karim. Alquran adalah tanda kenabian terbesar, terbaik dan paling jelas. Dan telah disebutkan sebelumnya beberapa bentuk kemu'jizatannya. Alquran itu tanda kenabian yang abadi selamanya karena sang Pembawanya (Rasulullah) adalah penutup para Nabi. Diantara mu'jizat beliau yang lain adalah mengalirnya air dari sela-sela jemari saat perjalanan bersama para shahabat beliau yang mulia, sementara saat itu dalam kondisi sangat kehausan dan tidak ada air kecuali sedikit sekali. Maka kemudian Beliau meletakkan telapak tangan di dalam wadah air yang sedikit itu maka air itu seakan akan menjadi banyak sehingga cukup untuk minum semua orang, bahkan lebih. Dan hal itu terjadi berulang ulang. Termasuk juga diantara mu'jizat beliau adalah berubahnya makanan yang sedikit menjadi banyak sehingga banyak sekali orang yang hadir menjadi kenyang karenanya, pun ini terjadi beberapa kali. Dan masih banyak mu'jizat yang lain yang disebutkan dalam kitab “Dalaa-ilun Nubuwwah (Tanda-tanda Kenabian)”.
Soal : Bagaimanakah perjalanan hidup (sirah) Nabi kita Shallallaahu Alihi Wasallam?
Jawab : Telah sepakat dan sekata para Ulama berpendapat bahwasanya sejarah kehidupan Nabi kita adalah sejarah terbaik secara mutlak. Dan sungguh, orang-orang kafir (orientalis) pun telah mengakuinya. Bagaimana tidak, sedangkan hal itu (kehidupan Nabi) adalah terang bagaikan matahari di seperempat siang . Dan sungguh para ahli sejarah telah menyebutkan bahwa Beliau Rasulullah Shallallaahu Alihi Wasallam adalah manusia paling baik nasab keturunannya, dan manusia paling elok perilakunya. Beliau menyambung silaturahim (hubungan persaudaraan), suka menolong orang yang membutuhkan, suka menanggung beban dan kekurangan orang, serta penyabar. Diantara sifat beliau adalah pemaaf, suka memberi kemudahan dan welas asih serta halus budinya. Tidak berbuat sesuatu keculai yang ada hak kebenaran atau hak ciptaan Tuhan. Beliau adalah pendiam karena dalam diam itu beliau memikirkan rahasia-rahasia alam Malakut. Apabila beliau berbicara maka selalu tuntas, yakni kalimatnya sederhana namun berisi makna yang banyak berupa lautan hikmah. Beliau adalah manusia paling fasih dalam berbicara, seorang yang humoris di beberapa keadaan namun meski humoris, kata2 yang terucap selalu berisi kebenaran. Beliau sangat berserah diri kepada penjagaan Allah bagi beliau di setiap waktu (pasrah). Berada di garis terdepan ketika kebatilan merajalela dan terus berada dalam kondisi demikian di setiap waktu. Beliau sangat rendah hati (tawadlu'), namun di balik kerendahan hati dan kearifan beliau, menyimpan kewibawaan yang besar yang tidak bisa ditandingi satupun manusia, sampai-sampai para shahabat tidak kuat menatap wajah beliau. Dan di setiap majlis beliau keadaan selalu tenang, seakan akan ada burung yang sedang hinggap di kepala setiap hadirin. Mereka tidak saling memutus pembicaraan dan tidak pernah ada pembicaraan seputar aib seseorang di dalamnya. Semua orang dewasa, bahkan anak-anak Musyrik pun menjuluki beliau dengan sebutan Al Amin (yang dapat dipercaya). Dan setelah beliau mendakwahkan risalah kenabian, musuh-musuh beliau - dengan segala sifat permusuhan dan hinaan mereka – tidak menemukan celah keburukan sedikitpun pada diri beliau dan tidak ada jalan untuk mencela pribadi beliau. Beliau mengajarkan manusia kebijaksanaan dan hukum agama dan mengajak mereka menuju Darus Salam (akhirat). Sungguh telah sempurna ilmu dan amal siapa saja yang mengikuti beliau, dan barangsiapa tidak mau mengikuti beliau, maka sungguh telah kehilangan hal diatas baik sekarang maupun dimasa mendatang. Dan sungguh Allah telah menjadikan agamaNya (Islam) jelas melebihi agama lain. Dan Dia mengabadikan nama Rasulullah yang indah ini baik pada lisan pengikutnya maupun penentangnya sepanjang masa. Barangsiapa mempelajari buku sejarah kehidupan Beliau yang menyebutkan akhlaknya yang mulia dan elok, maka ia akan mengetahui bahwa beliau adalah manusia paling mulya di seluruh alam, baik dalam sifat yang nampak maupun yang tidak.