Bahasa Arab merupakan bahasa yang sangat kaya dan kompleks. Untuk dapat menguasai bahasa Arab dengan baik, diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap kaidah-kaidah bahasa Arab, salah satunya adalah ilmu nahwu. Ilmu nahwu adalah ilmu yang mempelajari tentang kedudukan kata dalam kalimat bahasa Arab.
Salah satu kitab nahwu yang sangat populer di kalangan umat Islam adalah kitab Jurumiyah. Kitab Jurumiyah merupakan kitab nahwu dasar yang ditulis oleh Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad bin Daud ash-Shanhaji yang lebih dikenal dengan nama Imam ash-Shanhaji. Kitab ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia.
- Kalam
- Bab I'rob
- Bab Tanda-tanda I'rob
- => I'rob Rofa'
- => I'rob Nashab
- => I'rob Jar
- => I'rob Jazm
- Pasal Kata yang mu'rob
- Bab Fi'il-fi'il
- Bab Isim-isim yang Dirafa’kan
- Bab Faa’il (Pelaku)
- Bab Naaibul faa’il
- Bab Mubtada dan khabar
- Bab Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar
- Bab Na’at (sifat)
- Bab ‘Athaf
- Bab Taukid (menekankan atau menguatkan)
- Bab Badal (pengganti)
- Bab Isim-isim Yang dinashabkan
- Bab Maf’ul bih (objek)
- Bab Mashdar
- Bab Maf'ul Muthlaq
- Bab zharaf Zaman (keterangan waktu) dan zaharaf Makan (keterangan tempat)
- Bab Haal (Keterangan Kondisi)
- Bab Tamyiz (Keterangan Zat)
- Bab Istitsna (pengecualian)
- Bab Laa (penafian)
- Bab Munada (Kata yang dipanggil)
- Bab Maf’ul min Ajlih
- Bab Maf’ul Ma’ah
- Bab Isim-isim yang Di-khafadh-kan (dijarkan)
Kalam
Kalam / kalimat adalah Lafadz yang tersusun yang berfaedah dengan disengaja. Pembagian kalam itu ada tiga, yaitu :
- Kalimat Isim
- Kalimat Fi’il
- Kalimat Huruf (yang memiliki arti)
Kalimat Isim
Isim itu dapat dikenali dengan keberadaan khafadh, tanwin, kemasukan ( اَلْ ) dan huruf-huruf jer. Huruf jer adalah :
- ( مِنْ ) artinya dari
- ( إلى ) artinya ke
- ( عَن ) artinya dari
- ( عَلَى ) artinya pada
- ( فِى ) artinya di dalam
- ( رُبَّ ) artinya andai
- (بِ) artinya dengan
- (كَ) artinya seperti
- (لِ) artinya untuk/kepunyaan
- (واو قسم) artinya sumpah/demi
- (باؤ قسم) artinya sumpah/demi
- (تاء قسم) artinya sumpah/demi
Kalimat Fi'il
Fi'il itu dikenali dengan keberadaan: ( قد، سين، سوف، تاء تأنيث ساكنة )
Kalimat Huruf
Huruf adalah sesuatu yang tidak memenuhi ciri-ciri isim dan fi’il. Dengan kata lain jika tidak mempunyai ciri-ciri dari kalimat isim dan kalimat fi'il, maka dapat dipastikan bahwa itu adalah kalimat huruf.
Bab I’rob
I’rob itu adalah berubahnya akhir kata karena perbedaan amil-amil yang masuk atasnya baik secara lafadz atau taqdir. Pembagian i’rob itu ada empat:
- Rafa’
- Nashab
- Khofadh /Jar
- Jazm
Setiap isim itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab, khafad akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi jazm.
Setiap fi’il itu bisa dalam kondisi rafa’, nashab, jazm akan tetapi tidak mungkin dalam kondisi khafadh.
BAB MENGETAHUI TANDA-TANDA I’RAB
Tanda I’rob Rofa’
I'rob Rafa’ itu memiliki empat tanda:
- Dhammah
- Huruf Waw
- Huruf Alif
- Huruf Nun
Dhammah menjadi tanda bagi rafa’ pada empat tempat :
- Isim Mufrad
- Jama’ taktsir
- Jama’ muannas salim
- Fiil mudhari’ yang tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatu
Huruf Wawu menjadi tanda bagi rafa’ pada dua tempat :
- Jama’ mudzakkar salim
- Isim-isim yang lima yaitu: ( أب، أخ، حم، فو، ذو )
Huruf Alif menjadi tanda bagi rafa’ pada isim-isim tatsniyyah yang tertentu.
Huruf Nun menjadi tanda bagi rafa’ pada fi’il mudhari yang bersambung dengan :
- dhamir tatsniyah
- dhamir jama’
- dhamir muannats mukhatabah.
TANDA NASHAB
Nashab memiliki lima tanda:
- Fathah
- Huruf alif
- kasrah
- Huruf Ya
- Hadzfun nuun (membuang nun)
Fathah menjadi tanda bagi nashab pada tiga tempat :
- Pada Isim Mufrad
- Jama’ taksir, dan
- fi’il Mudhari apabila masuk atasnya amil yang menashobkan dan tidak bersambung di akhirnya dengan sesuatupun.
Huruf Alif menjadi tanda bagi nashab pada isim-isim yang lima (Asma’ul Khomsah).
Kasrah menjadi tanda bagi nashab pada jama’ muannats salim.
Huruf Ya menjadi tanda bagi nashab pada tatsniyah dan jama’ (mudzakkar salim).
Hadzfun nuun (membuang huruf nun), menjadi tanda bagi nashab pada fi’il-fi’il yang lima yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
TANDA JAR
Khafadh memiliki 3 tanda :
- Kasrah
- Huruf Ya
- Fathah
Kasrah menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat :
- Isim Mufrad yang menerima tanwin
- jama’ taksir yang menerima tanwin
- jama’ muannats salim
Huruf ya menjadi tanda bagi khafadh pada tiga tempat :
- Pada isim-isim yang lima (al asmaul khamsah)
- Isim Tatsniyah
- jama’
Fathah menjadi tanda bagi khafadh pada isim-isim yang tidak menerima tanwin (isim ghairu munsharif).
TANDA JAZM
Jazm memiliki 2 tanda :
- Sukun
- Al hadzfu (membuang)
Sukun menjadi tanda bagi jazm pada fi’il yang shahih akhirnya.
Al hadzfu menjadi tanda bagi jazm pada fi’il mudhari yang mu’tal akhirnya dan pada fi’il-fi’il yang ketika rafa’nya dengan tetap nun.
Fashl (pasal), Kata-kata yang diI'rabi (mu'rob)
Kata yang di- i’rab itu ada dua :
- Kata yang di-i’rab dengan harokat
- Kata yang di-i’rab dengan huruf
Kata yang di-i’rab dengan harokat itu ada empat macam :
- Isim Mufrad
- Jama’ taktsir
- Jama’ muannats salim
- Fi’il Mudhari’ yang tidak bersambung dengan akhirnya sesuatu
Semua kata itu di-rafa’-kan dengan dhammah, di-nashab-kan dengan fathah, dan di-jazm-kan dengan sukun kecuali untuk tiga kondisi :
- jama’ muannats salim di-nashab-kan dengan kasrah
- Isim ghairu munsharif di-khafadh-kan dengan fathah
- fi’il mudhari’ mu’tal di-jazm-kan dengan membuang akhirnya
Kata yang di-i’rab dengan huruf itu ada empat macam :
- Isim Tatsniyah
- Jama’ mudzakkar salim
- isim-isim yang lima, dan
- fi’il-fiil yang lima (af'alul Khomsah), yaitu: ( يَفعَلان، تَفعَللانِ، يَفعَلونَ، تَفعَلون، تَفعَلِيْنَ )
Isim tatsniyah : di-rafa’-kan dengan huruf alif, di-nashab-kan dengan huruf ya dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.
Jama’ mudzakkar salim: dirafa’kan dengan huruf waw, di-nashab-kan dengan huruf ya dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.
Isim-isim yang lima: di-rafa’-kan dengan huruf waw, di-nashab-kan dengan huruf alif, dan di-khafadh-kan dengan huruf ya.
Fi’il-fi’il yang lima: di-rafa’-kan dengan huruf nun, di-nashab-kan serta di-jazm-kan dengan membuang huruf nun.
Bab Fi’il-fi’il (Kata Kerja)
Fi’il itu ada tiga :
- Fiil Madhi
- Fiil Mudhari’
- Fiil Amr
Contohnya : madhi ( ضرَبَ ), mudlori’ ( يَضرِبُ ) dan Amr ( إضرِب ).
Fiil Madhi itu selalu di-fathah-kan.
Fiil amar selalu di-jazm-kan.
Fiil mudhari’ itu fiil yang di awalnya terdapat salah satu dari huruf tambahan yang empat yang terkumpul dalam perkataan ( أنيت ) (hamzah, nun, ya, dan ta). Fiil mudhari’ itu selalu di-rafa’-kan kecuali ada amil (huruf) nashab atau jazm yang masuk padanya.
Amil nashab (hal yang me-nashab-kan) itu ada sepuluh, yaitu :
- ( أن )
- ( لَن )
- ( إذَن )
- ( كى )
- ( لام كى )
- ( لام الجحود )
- ( حتى )
- ( فاء الجواب )
- ( واو الجواب )
- ( أو الجواب )
Amil jazm (hal yang me-jazam-kan) itu ada delapan belas, yaitu :
- لم
- لمّا
- الم
- المّا
- لام الأمر والدعاء
- لاالنهي والدعاء
- إن
- ما ومَهْمَا
- إذْ
- إذْما
- أيّ
- متى
- أين
- أيّان
- أنّى
- حيثما
- كيفما
- وإذًا فى الشعر خاصة
Bab Isim-isim yang Dirafa’kan
Isim-isim yang di-rafa’-kan itu ada tujuh :
- Isim Faa’il
- Isim Maf’ul yang tidak disebut failnya (naaibul fa’il)
- Mubtada
- khabar mubtada
- Isim Kaana dan saudara-saudaranya
- khabar inna dan saudara-saudaranya
- pengikut dari yang di-rafa’-kan, yaitu ada empat : Na’at, ‘athaf, taukid, dan badal
Bab Fa’il (Pelaku)
Fa’il (pelaku) termasuk isim yang di-rafa’-kan yang disebut setelah fi’il (perbuatan) nya.
Dan fa’il itu ada dua jenis : 1. Fa’il isim dhahir 2. Fa’il isim dhamir.
Fa’il isim dzhahir itu contohnya seperti :
Zaid telah berdiri ( قام زيد ). Lafadz ( زيد ) adalah fa’il isim dhohir.
Fa’il isim dhamir itu ada 12, yaitu :
- (Aku) telah memukul, ( ضَرَبْتُ )
- (Kami) telah memukul, ( ضربنَا )
- Kamu (lk) telah memukul, ( ضربتَ )
- Kamu (pr) telah memukul, ( ضربتِ )
- Kalian (berdua) telah memukul, ( ضربتُمَا )
- Kalian (lk) telah memukul, ( ضربتُمْ )
- Kalian (pr) telah memukul, ( ضربتُنَّ )
- Dia (lk) telah memukul, ( ضرب )
- Dia (pr) telah memukul, ( ضربتْ )
- Mereka (berdua) telah memukul, ( ضربا )
- Mereka (lk) telah memukul, ( ضربوا )
- Mereka (pr) telah memukul, ( ضربن )
Bab Maf’ul yang tidak disebut Fa’ilnya (Naibul fa’il)
Naaibul faa’il adalah isim yang di-rafa’-kan yang tidak disebut bersamanya faa’ilnya. Jika fi’il madhi maka huruf pertama nya di-dhammah-kan dan satu huruf sebelum huruf terakhir dikasrahkan.
Jika fi’il mudhari’ maka huruf pertama nya di-dhammah-kan dan dan satu huruf sebelum huruf terakhir difathahkan.
Naa’ibul faa’il itu ada dua :
1. Naaibul faa’il isim dzhahir
Zaid telah dipukul (ضُرِبَ زَيْدٌ)
2. Naaibul faa’il isim dhamir.
aku telah dipukul (ضُرِبْتُ)
kami telah dipukul (ضُرِبْنَا)
kamu (laki-laki) telah dipukul (ضُرِبْتَ)
kamu (perempuan) telah dipukul (ضُرِبْتِ)
kalian berdua telah dipukul (ضُرِبْتُمَ)
kalian (laki-laki) telah dipukul (ضُرِبْتُمْ)
kalian (perempuan) telah dipukul (ضُرِبْتُنَّ)
dia (laki-laki) telah dipukul (ضُرِبَ)
dia (perempuan) telah dipukul (ضُرِبَتْ)
mereka berdua telah dipukul (ضُرِبَا)
mereka (laki-laki) telah dipukul (ضُرِبُوْا)
mereka (perempuan) telah dipukul (ضُرِبْنَ)
Bab Mubtada dan khabar
Mubtada adalah isim yang di-rafa’-kan yang terbebas dari amil-amil lafadzh. Sedangkan Khabar adalah isim yang di-rafa’-kan yang disandarkan kepada mubtada’. Contohnya:
خبر | مبتداء |
---|---|
قَائِمٌ | زَيْدٌ |
قَائِمَانِ | الزيْدَانِ |
قَائِمُوْنَ | الزيْدُوْنَ |
Mubtada itu ada dua jenis :
- Mubtada isim dzahir
- Mubtada isim dhamir
Mubtada isim dzahir itu sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya (seperti contoh di atas). Sedangkan Mubtada isim dhamir itu ada 12 :
- Saya(أنا)
- Kami/kita(نحن)
- Kamu Lk(أنتَ)
- Kamu Prp(أنتِ)
- Kamu berdua(أنتُمَا)
- Kalian Lk(أنتُمْ)
- Kalian Prp(أنتُنَّ)
- Dia Lk(هُوَ)
- Dia Prp(هِيَ)
- Dia berdua(هُمَا)
- Mereka Lk(هُمْ)
- Mereka prp(هُنَّ)
Khabar itu ada dua jenis:1. Khabar mufrad 2. Khabar ghair mufrad.
Khabar mufrad itu contohnya ( زَيْدٌ قَائِمٌ ) artinya (Zaid berdiri).
Sedangkan khabar ghair mufrad itu ada empat :
- Jar dan majrur ( زَيدٌ فِى الدَّارِ )
- dzharaf ( زيدٌ عِنْدَكَ )
- fi’il beserta faa’ilnya ( زيدٌ قَامَ أبُوْهُ )
- Mubtada beserta khabarnya ( زيدٌ جَارِيَتُهُ ذَاهِبَةٌ ).
Bab Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar
Amil-amil yang masuk kepada mubtada dan khabar itu ada tiga macam :
- Kaana dan saaudaranya
- Innna dan saaudaranya
- Dzhanna (dzhanantu) dan saaudaranya
Kaana dan saudara-saudaranya itu me-rafa’-kan isim (mubtada) dan menashabkan khabar. kaana dan suadara-saudaranya adalah :
كَانَ، أَمْسَى، أَضْحَى، ظَلَّ، بَاتَ، صَارَ، لَيْسَ، مَازَالَ، مَانْفَكَ، مَافَتِئَ، مَابَرِحَ، مَادَامَ
Termasuk juga tashrif (perubahan kata) dari kata-kata di atas, seperti :
( كَانَ، يَكُونُ، كُنْ )
Inna dan saudara-saudaranya itu me-nashab-kan mubtada dan me-rafa’-kan khabar. Inna dan saudara-saudaranya adalah :
Arti | Berfaidah | Amil |
---|---|---|
Sesungguhnya | Taukid/penekanan | ( أنَّ ) dan ( إنَّ ) |
Tetapi | Istidrok | ( لَكِنَّ) |
Seakan-akan/seperti | Tasybih | (كَأنَّ) |
Andai | Tamanny | ( لَيْتَ ) |
Agar, supaya | Tarojjy & tawaqqu’ | (لَعَلَّ) |
Zhanantu (zhanna) dan saudara-saudaranya itu me-nashab-kan mubtada dan khabar karena keduanya itu (mubtada dan khabar) adalah maf’ul bagi dzhanna dan saudara-saudaranya.
zhanna & saudaranya | Artinya |
---|---|
( ظننت ) | Saya telah menyangka |
( حسبت ) | Saya telah mengira |
( خِلتُ ) | Saya telah membayangkan |
( زَعَمتُ ) | Saya telah menduga |
( رأيتُ ) | Saya telah melihat |
( علمتُ ) | Saya telah mengetahui |
( وَجَدتُ ) | Saya telah mendapatkan |
( جَعَلتُ ) | Saya telah menjadikan |
( اتّخذتُ ) | Saya telah menjadikan |
( سمعتُ ) | Saya telah mendengar |
Bab Na’at (sifat)
Na’at (sifat) itu mengikuti yang disifati pada keadaan rafa’, nashab, khafad, ma’rifat, dan nakirah nya. Contohnya :
Zaid yang berakal telah berdiri ( قامَ زَيدٌ العاقِلُ )
Aku berjalan bersama zaid yang berakal ( مَرَرتُ بِزَيدٍ العَاقِلِ )
Aku melihat zaid yang berakal ( رَأيتُ زَيدًا الْعَاقِلَ ).
Ma’rifat (kata khusus) itu ada lima :
- Isim Dhamir (kata ganti)
- Isim Alam (nama)
- Isim Mubham (kata tunjuk)
- Isim yang terdapat alif lam (al)
- isim yang di-idhafahkan kepada salah satu dari keempat isim ma’rifat ini.
Nakirah (kata umum) adalah setiap isim yang tersebar (beraneka ragam) pada jenisnya ,tidak tertentu pada sesuatupun. Ringkasnya, nakirah adalah setiap isim yang dapat menerima alif lam.
Bab ‘Athaf
Huruf ‘athaf ada sepuluh, yaitu :
( واو، فاء، ثمّ، أو، أم، إما، بل، لا، لكن، حتى )
Jika kamu athaf-kan dalam keadaan rafa’ maka kamu rafa’a-kan, dalam keadan nashab maka kamu nashab-kan, dalam keadaan khafad maka kamu khafadh-kan, dalam keadaan jazm maka kamu jazm-kan.
( قام زيدٌ وَعمرٌو ), ( مررتُ بزيدٍ وَعَمْرٍ ), ( رأيتُ زيدًا وَعَمرًا ).
Bab Taukid (menekankan atau menguatkan)
Taukid itu mengikuti yang diperkuat dalam keadaan rafa’-nya, nashab-nya ,khafadh-nya, dan ma’rifah-Nakirah-nya. Taukid itu telah tertentu lafadzh-lafazhnya, yaitu :
( أجمع ), ( كلّ ), ( عين ), ( نفس ).
Dan yang mengikuti ( أجمع ), yaitu :
( أبصع ), ( أبتع ), ( أكتع ).
Bab Badal (pengganti)
Apabila di-badal-kan(diganti) isim dengan isim atau fi’il dengan fi’il maka badal (kata ganti) nya mengikuti kata yang diganti pada seluruh i’rabnya. Badal itu ada empat :
- Badal Syai' min Syai'
- Badal Ba'dh min Kull
- Badal Isytimal
- Badal Ghalath
Bab Isim-isim Yang dinashabkan
Isim-isim yang dinashabkan itu ada lima belas :
- Maf’ul bih
- Mashdar
- Dzharaf zaman
- Dzharaf makan
- Hal
- Tamyiz
- Mustatsna
- Isim Laa
- Munada
- Maf’ul min ajlih
- Maf’ul ma’ah
- Khabar kaana
- Isim inna
- khabar dari isim yang semisal kaana dan isim dari isim yang semisal inna
- Pengikut dari yang di-nashab-kan, yaitu ada empat : na’at, ‘athaf, taukid, dan badal.
Bab Maf’ul bih (objek)
Maf’ul bih termasuk isim yang di-nashab-kan yang dikenakan padanya suatu perbuatan. Maf’ul bih itu ada dua jenis :
- maf’ul bih dzhahir
- maf’ul bih dhamir.
Maf’ul bih dhamir itu terbagi menjadi dua :
- Muttashil (bersambung)
- Munfashil (terpisah)
Munfashil | Muttasil |
إيَّايَ | ضربنى |
إِيَّانَا | ضَرَبَنَا |
إِيَّاكَ | ضَرَبَكَ |
إِيَّاكِ | ضَرَبَكِ |
إِيَّاكُمَا | ضَرَبَكُمَا |
إِيَّاكُمْ | ضَرَبَكُمْ |
إِيَّاكُنَّ | ضَرَبَكُنَّ |
إِيَّاهُ | ضَرَبَهُ |
إِيَّاهَا | ضَرَبَهَا |
إِيَّاهُمَا | ضَرَبَهُمَا |
إِيَّاهُمْ | ضَرَبَهُمْ |
إِيَّاهُنَّ | ضَرَبَهُنَّ |
Bab Mashdar
Mashdar adalah isim yang di-nashab-kan yang menempati tempat ketiga dalam tashrif fi’il.
( ضَرَبَ – يَضْرِبُ - ضَرْبًا ).
Bab Maf'ul Muthlaq
Maf'ul Muthlaq/Mashdar terbagi dua :
- Lafdzhy
- Ma’nawy
Mashdar Lafdzhy Jika lafazdh mashdarnya sama dengan lafadzh fi’ilnya maka itu termasuk mashdar lafdzhy, contohnya : (ضرب زيدٌ ضَرْبًا).
Mashdar Ma’nawy Jika yang sama maknanya saja tetapi lafadznya tidak sama, maka itu adalah mashdar ma’nawy.
Bab zharaf Zaman (keterangan waktu) dan zaharaf Makan (keterangan tempat)
zharaf zaman itu adalah isim zaman yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada, di).
zharaf makan adalah isim makan yang dinashabkan dengan taqdir maknanya fi (pada, di).
Bab Haal (Keterangan Kondisi)
Haal termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan tata cara atau keadaan yang sebelumnya samar. Haal itu harus nakirah dan haal itu hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna dan shahibul haal itu pasti ma’rifat.
حال | فَاعِل | فِعِل |
صَائِمًا | زَيْدٌ | جَاءَ |
Artinya : zaid telah datang dalam/dengan keadaan berpuasa.
Bab Tamyiz (Keterangan Zat)
Tamyiz termasuk isim yang dinashabkan yang menjelaskan zat yang sebelumnya samar. Tamyiz itu harus nakirah dan tamyiz hanya terjadi setelah kalimat nya sempurna
Bab Istitsna (pengecualian)
Huruf istisna itu ada delapan, yaitu :
( إلاّ، غَير، سِوَى، سُوَى، سَوَاءٌ، خَلَا، عَدَا، حَاشَا ).
Semua lafadh tersebut memiliki arti kecuali.Maka mustatsna (kalimat yang di istitsnakan) dengan huruf illaa dinashabkan jika kalamnya taam mujab.
Jika kalamnya manfiy taam, maka boleh menjadikannya badal atau menashabkannya karena istitsna.
Jika kalamnya naaqish (kurang), maka i’rabnya sesuai dengan amil-amilnya.
Mustatsna dengan kata siwaa, suwaa, sawaa-u dan ghairu maka dijarkan (selamanya) tanpa kecuali.
Mustatsna dengan kata khalaa, ‘adaa, dan haasyaa maka boleh kita menashabkannya atau menjarkannya.
Bab Laa (penafian)
Ketahuilah! Bahwa apabila laa (laa Nafiah, Laa penafian) bertemu langsung dengan isim nakirah maka laamenashabkan isim nakirah dengan tanpa tanwin dan laa tidak berulang-ulang.
Jika laa tidak bertemu langsung dengan nakirah maka laa wajib diulang-ulang.
Jika laa berulang-ulang (juga bertemu langsung dengan nakirah), maka boleh mengamalkannya (menjadikan laa sebagai amil yang menashabkan) atau menyia-nyiakannya.
Bab Munada (Kata yang dipanggil)
Munada itu ada lima, yaitu :
- Munada mufrod alam
- Munada nakiroh maqsudah
- Munada ghoiru maqsudah
- Munada mudhof
- Munada sibhul mudhof
Adapun mufrad ‘alam dan nakirah maqsudah maka ia dimabnikan atas dhammah dengan tanpa tanwin. Dan tiga munada sisanya dinashabkan.
Bab Maf’ul min Ajlih
Maf’ul min ajlih termasuk isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan sebab-sebab terjadinya suatu perbuatan.
Bab Maf’ul Ma’ah
Maf’ul ma’ah termasuk isim yang dinashabkan yang disebut untuk menjelaskan penyertaan seseorang atau sesuatu dalam suatu perbuatan.
Adapun pembahasan tentang “khabar kaana” dan “saudara-saudara kaana” dan “isim inna” dan “saudara-saudara inna” maka sungguh telah diberikan penjelasannya pada bab isim-isim yang di-rafa’a-kan begitu juga dengan pembahasan kata pengikut yang di-nashab-kan (na’at, ‘athaf, taukid, badal) telah dijelaskan disana.
Bab Isim-isim yang Di-khafadh-kan (dijarkan)
Isim-isim yang dikhafadhkan itu ada tiga bagian :
- Dikhafadhkan dengan huruf khafadh
- Dikhafadhkan dengan idhafah
- Dikhafadhkan karena mengikuti yang sebelumnya
Adapun yang dijarkan dengan huruf khafadh yaitu apa-apa yang dijarkan dengan huruf khofadh.
Penutup
Terjemahan kitab Jurumiyah dalam bahasa Indonesia sangat bermanfaat bagi para pelajar bahasa Arab, khususnya bagi pemula. Terjemahan ini memudahkan para pelajar untuk memahami kaidah-kaidah nahwu dasar yang dibahas dalam kitab Jurumiyah.
Selain itu, terjemahan kitab Jurumiyah juga dapat membantu para pelajar untuk menghafal kaidah-kaidah nahwu dengan lebih mudah. Hal ini dikarenakan terjemah kitab Jurumiyah dilengkapi dengan contoh-contoh kalimat bahasa Arab yang mudah dipahami.
Dengan mempelajari terjemah kitab Jurumiyah, para pelajar bahasa Arab dapat memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap kaidah-kaidah nahwu dasar. Hal ini tentunya akan sangat bermanfaat bagi mereka yang ingin menguasai bahasa Arab dengan baik.
Berikut adalah beberapa manfaat mempelajari terjemah kitab Jurumiyah:
- Membantu memahami kaidah-kaidah nahwu dasar
- Mempermudah menghafal kaidah-kaidah nahwu
- Meningkatkan kemampuan berbahasa Arab
- Membantu memahami kitab-kitab berbahasa Arab lainnya
Demikianlah konten teks deskripsi untuk paragraf pembuka dan penutup artikel tentang "jurumiyah terjemah". Semoga bermanfaat!
Syukron infonya
BalasHapus